Friday, March 15, 2019

DARI ALLAH KEPADA PARA PENYAIR

DARI ALLAH KEPADA PARA PENYAIR

"Dan para penyair, kebanyakan dari mereka (dan pengikut mereka) adalah orang-orang sesat".
(QS:26 Asy-Syu'ara:224)

"Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah".
(QS:26 Asy-Syu'ara:225)
- Yang dimaksud dengan ayat ini ialah bahwa sebagian penyair-penyair itu suka mempermainkan kata-kata dan tidak mempunyai tujuan yang baik yang tertentu dan tidak punya pendirian (-pen)

"Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?"
(QS:26 Asy-Syu'ara:226)

"Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak mengingat Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dizhalimi (berjihad-pen).Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali".
(QS:26 Asy-Syu'ara:227)

Note : Ayat-ayat ini diturunkan karena seringnya Abdullah bin Rawahah bersyair (Abdullah bin Rawahah adalah salah satu sahabat rasulullah, seorang penyair terkenal di zamannya sekaligus juga salah satu dari 3 panglima perang pada Perang Muktah).

#renunganmalam
#renunganliar

Sunday, January 1, 2017

Demi Waktu, Adakah Yang Baru?

Demi Waktu, Adakah Yang Baru?
Aku mencari-cari sesuatu yang baru.
Kemarin, hari ini, esok dan mungkin esoknya lagi. Adakah? Rasa-rasanya tidak ada. Waktu tetap harus bergulir. Dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Ia terus saja bergulir dan bergulir. Yang pasti ia tak pernah kembali. Tak akan pernah bisa. Lalu apa yang baru? Mana yang baru? Ketika setiap kurun waktu dari mulai detik sampai ke tahun bergulir pada takdirnya, pada 'hakikat keberadaan waktu' maka setiap detik itu adalah sesuatu yang baru. Ketika kebaruan itu adalah keniscayaan lalu apa makna baru bagi 'baru'?
Lalu bisakah jika harus dikatakan setiap detik yang bergulir kita sebenarnya sedang mengalami 'kebaruan'? Setiap detik kita terbarukan. Kebaruan yang telah menjadi keniscayaan adalah sunatullah, alami, alamiah, sesuatu yang biasa, biasa-biasa saja. Itulah hakikat waktu. Mungkin!
Adalah sunatullah juga bahwa manusia selalu menginginkan yang baru, menginginkan kebaruan. Untuk itu manusia menciptakan batas-batas. Batas-batas antara kurun waktu yang satu dengan kurun waktu yang lain. Allah menciptakan masa, tetap manusialah yang mengkreasi 'batasan'nya, yakni waktu. Maka kita pun mengenal detik, menit, jam dan seterusnya. Allah menciptakan siang dan malam sebagai masa, maka manusia mengkreasinya dengan memberi batasan detik, menit, jam dan seterusnya. Lalu apakah artinya semua itu?
Oh, sungguh manusia butuh batas. Batasan waktu. Manusia butuh titik-titik batas waktu. Dengan itu ada 'titik balik', bukan untuk balik ke belakang, tetapi butuh untuk menjadikannya titik bertolak ke depan. Oh, sungguh manusia butuh itu.
Allah tidak membutuhkan batas waktu. Allah Maha Tak Terbatas. Tiada mula dan tiada akhir. Demi masa, kitalah, manusia yang membutuhkan itu. Kita butuh batasan waktu untuk sesuatu yang dinamakan 'harapan'. Kita butuh harapan untuk hidup dan kehidupan ini. Mungkin itulah yang harus baru. Selalu memperbaharui harapan. Hakikat waktu. Hakikat masa. Hakikat harapan. Maka kita men'cipta'kan Tahun Baru.
Mari senantiasa memperbaharui harapan. Mari memulai harapan baru dengan Bismillah...
Aan Rosady
Singkawang, 00.00 WIB
2016-2017
#renunganliar

Tuesday, January 26, 2016

Sketsa Hujan 10


dan sebuah hujan
kali ini
merasuk
tapi tak membuatku
kedingan
apalagii mrnggigilkanku
hujan ini
hangat
bahkan mulai
membakarku
bau hujan yang sama?

Aan Rosady
singkawang, 13/01/2016
5.45pm