Gunung, Perambah Hutan dan Musafir Kehausan
Wahai gunung...
Misteri tentangmu membuat aku
terpuruk di labirin gelap
Tersungkur dan terbenam di
lumpur hidup dan timbul tenggelam
Jejak-jejak dtanahmu adalah tentang
jejak hijau hutan perawanmu
Tak pernah tau sejak kapan
jejak itu ada disitu...
Tapi... tetap ada jejak tak
terhapus
Tak pernah tau siap perambah
hutan itu
Dan berapa banyak luka dan
tanda tercipta disitu
Tapi... tetap ada jejak tak
terhapus
Wahai gunung...
Bermisterilah terus tentang itu
Dan misterimu adalah misteri
perambah hutan
Aku hanyalah seorang musafir
tersesat kehausan
Yang terbiarkan masuk ke
dalammu
Dan tersesat di labirin langkah
pongah makhluk
Aku tak mempercayai waktu dan
ruang
Aku melihatmu...
Di waktu lalu dan kini
Wahai gunung...
Hijaumu adalah biru langit
dikejauhan
Tanah, batu, pohon dan
belukarmu adalah kekerasan hati abadi bumi
Mana air jernih yang mengalir
disela-sela bebatuanmu?
Yang akan menjadi sungai sampai
ke muara
Kemana perginya?
Ataukah tak dapat kulihat
Karena kabut halimun selalu kau
biarkan menutupi permukaanmu
Wahai gunung...
Kau perkasa tak tergoyahkan
Kaulah gunung berapi yang siap
memuntahkan lahar amarahmu sewaktu-waktu
Haruskah ketika aku ada disini?
Dalam kelelahan dan ingin
berbaring dirindang pohonmu...
Wahai gunung...
Aku terbangun dan tiba-tiba
berada kembali di labirin gelapmu
Yang tak pernah ternoda
Berputar-putar dan terkunci
menunggu waktu
Mungkinkah tidak ada yang
pernah tersesat disini?
Sebagai musafir
aku menghirup saja laharmu
dalam kehausan perjalanan panjangku
Tak kutemukan air sejuk dingin
yang biasanya mengalir dicelah bebatuanmu
Apakah semuanya telah habis
diminum perambah hutan yang pernah datang sebelumku?
Wahai gunung....
Siapakah sebenarnya penguasa
hatimu?
Singkawang, Awal April 2012
No comments:
Post a Comment