Dua Sisi Kita (II)
Masih
lamakah kemarau ini?
Kita
menangis, berurai air mata
tertawa,
menyembunyikan kepedihan
dan
memeluk erat kehampaan ketika saling berjauhan
Kita
menanggung semua jalan yang terpilih
Wahai
Kekasih!
Tak
apa-apa...
Telah
kutukar harapan surga
Walau
neraka akan memanggangku
Sepanjang
masa
Kita
datang dari dua sisi
Dan
bertemu disini dalam badai
Masih
saja aku ingin menciptakan semilir dalam badai itu
Dan
ketika itu aku ingin kau tetap disini dalam pelukan rinduku
Menguatkan
kita
Wahai
Kekasih!
Aku
tak mau menjadi matahari
Yang
setia menyinari bumi sepanjang siang
Memberi
terang pada daun-daun dan tumbuhan
Memberi
hangat pada padang rumput dan ternak
Tapi
tetap saja ia sendirian
Sendirian
dalam terang
Wahai
Cinta!
Aku
hanya ingin menjadi angin
Yang
walaupun tak dapat kau tangkap
tapi
tetap dapat ada disisimu
Dan
ketika itu kau akan tau
Cintaku
takkan dapat terukur oleh ruang dan waktu
Wahai
Cinta!
Biarlah
segala rasa dapat terus tumbuh dan berkembang
Untuk
mengisi kekosongan yang tercipta sebelumnya
Wahai
Rasa!
Jangan
biarkan kekosongan itu datang lagi
Karena
pasti aku akan mati tanpa harus mati
Singkawang,
29 Juli 2011
|
Tidak semua kata-kata yang ada dapat mewakili kata hati. Terkadang sulit sekali menyampaikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata biasa. Isi hati terkadang hanya dapat terwakili oleh olahan kata-kata dan itu menjadi kata-kata yang tidak biasa. Mungkin itulah sastra.
Tuesday, May 22, 2012
Dua Sisi Kita (II)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment