Thursday, May 24, 2012

Ketika Kebohongan dan Ketidaksetiaan Menusuk!


Ketika Kebohongan dan Ketidaksetiaan Menusuk!

wahai cinta...
mengapa denyutmu kian melemah
berilah kekuatan kepadaku untuk menggelorakan lagi deru badai cinta itu

wahai cinta...
kenapa menjadi asing bagiku
aku tak ingin
aku tak mau
perlahan tanpa aku sadari rasa itu menjadi tawar

aku tak mau kehilangan darah
karena luka yang kau goreskan
apakah sakit yang kau ciptakan ini tak akan sembuh?
oh, sungguh aku tak tau itu...

wahai kekasih...
tolong sembuhkanlah segera!

oh, angin...
tak bisakah rasa itu kembali seperti dulu?
ketika aku memenjarakan rasaku di penjara hatimu

kini memang aku terpenjara
terpenjara di ruang pengap cinta dan kebencian
dan salahkah aku?
Ketika  akhirnya aku menjadi kosong
agar tak kurasakan lagi
sakitnya terpenjara dalam rasa seperti ini

sungguh sakit...

setiap tatatapan mesramu
sesuatu yang lain bertanya...
siapa yang pernah kau tatap semesra itu?
dan aku tertusuk

setiap panggilan mesramu
sesuatu yang lain bertanya...
siapa yang kau panggil semesra itu?
dan aku tertikam

setiap sentuhan dan kecup mesramu
sesuatu yang lain bertanya...
siapa yang pernah kau sentuh semesra itu?
dan aku membuang muka

setiap desah nafasmu ditelingaku
sesuatu yang lain bertanya...
siapa yang pernah menikmati desah itu?
dan aku muntah

wahai cinta...
bukannyawa aku meratapi masa lalu
karena bukankah  aku tak bisa membalik waktu?
tapi aku benci kebohongan yang kau ciptakan dengan sadar
dalam jejak indah kita
apakah kau tau?
cepat atau lambat ketakjujuran itu
perlahan akan menggerogoti kisah kita...

karena kesetiaan rasamu kepadanya
adalah ketidaksetiaan rasamu kepadaku
dan kau menikmatinya?

begitu tega engkau memperlakukanku...
menyimpan rasamu itu
sambil menyaksikan aku mandi peluh
berjuang
membangun rumah masa depan kita

....aku teridur dalam amarah...

diluar sadarku
aku tak ingin mengingat jejak indah itu
karena sesuatu yang lain tiba-tiba bertanya...
seindah inikah jejakmu sebelum aku?
seindah apakah
sampai-sampai ada arsiran rasamu yang dulu
masuk tercampur dalam jejak kita
bahkan dalam setengah perjalanan jejak kita  

wahai cinta...
maafkan bila aku jadi tak percaya cinta
diluar mauku
kepercayaan itu ternoda oleh titik yang kau sembunyikan dihatimu

.......dan aku ingin tertidur panjang......

ohhh... bisakah terulang?
aku ketakutan... sungguh takut!
karena diluar sadarku sesuatu mencoba melupakannya

wahai kasih...
disadarku
aku ingin membangun kembali bangunan cinta kita
bantulah aku membangunnya kembali 
aku tak ingin ia hanya tinggal puing-puing
yang didalam ingatankupun hilang musnah
dan tak ada...
aku tak mau!

bangunkanlah aku dari kekecewaan ini
yang aku tak tau kemana ujungnya...

bangunkanlah aku dengan badai cintamu!
penjarakanlah aku lagi di dua detik tatapan kita yang pertama

......dan kembali aku tertidur.....   

wahai rasa...
haruskah aku menangis?
apakah yang harus kutangisi?

kesedihanku begitu dalam
membuat aku tak bisa menangis
sayapku patah
sayapku tercabik-cabik

kemarahanku begitu pekat
sehingga hanya ada senyum dan tawa kecil
tersungging licik
dan terasa tawar

wahai cinta...
aku tak tau seberapa kuatkah aku
aku mulai terpenjara
terpenjara diruang pengap ini

harga diri kelaki-lakianku terbakar!

......keletihan yang amat sangat menidurkanku.....

wahai kasih...
disadarku aku kembali berpijak di bumi panas
yang aku tau terasa rapuh

wahai angin....
apakah patut aku marah?
apakah patut aku kecewa?
apakah patut aku lemah?
apakah patut aku kehilangan darah?
apakah patuh aku bersedih berkepanjangan?

wahai kasih....
disadarku aku tahu...
sejauh apapun aku berlari
bayanganmu selalu mengikuti

bagaimanakah mungkin
aku dapat membuang rusuk kiriku?
walau ia terasa sakit menusukku

bagaimanakah mungkin aku
membunuh belahan jiwaku?
walau ia telah menghinakanku begitu rupa

apalah artinya padang rumput itu
jika sampai disana engkau tak ada

wahai sadarku...
mungkin aku harus memaafkan
setidaknya secara perlahan-lahan

mungkin aku harus mengikhlaskan kejadian-kejadian
walau itu seperti memikul seratus gunung

apalah artinya harga diri kelaki-lakianku
jika aku melarikan diri dari kenyataan

wahai sadarku...
aku sadar aku tak bisa lari dari belahan jiwaku sendiri

aku harus tetap berdiri tegak menantang langit
menghadang angin dan badai
agar dengan itu
masih bisa aku menjadi sandaran
setidak-tidaknya ketika ia masih memerlukan sandaran

wahai tuhan....
kuatkanlah aku untuk tetap mencinta
hiburkanlah aku agar aku masih tetap bisa menghibur

.....aku dalam terbangun dan tertidur.....

dan aku bersumpah
wahai matahari yang warnanya membutakanku
jika ada lagi cerita seperti ini
aku akan menjadi badai rindu dendam berkepanjangan
agar semuanya menjadi musnah!
tak bersisa!
musnah jadi debu!

wahai cinta....
aku masih mencinta!
dan akan terus mencinta...
sampai ke padang rumput kita


7 Mei 2011
tanpa air mata...
berjalan mengambang di awan antara Jakarta dan Pontianak...



No comments:

Post a Comment